Monday, April 9, 2012

PURITAN VS RESTORASI

Nama puritan dikenalkan pada pertengahan abad ke-16 yang diberikan kepada suatu kelompok di dalam gereja Inggris yang tujuannya adalah untuk membersihkan bentuk-bentuk praktek dan upacara keagamaan. Kebebasan dalam menjalankan kepercayaan beragama secara langsung diikuti oleh kebebasan dalam berpolitik.
Milton, tidak diragukan lagi sebagai penulis terbesar yang dihasilkan oleh kaum Puritan, merupakan cerminan tipikal orang-orang Puritan. Puisi di usia tuanya ditulis untuk ”justify the ways of God to Man”, tidak diragukan lagi telah memenuhi keinginan orang-orang puritan.

John Milton (1608-1674)
Kehidupan dan karya sastra Milton secara jelas dapat dibagi dalam tiga periode: pertama, pendidikan dan perjalanan luar neger, serta beberapa puisinya; kedua jabatan sekretaris juru bicara luar negeri di bawah Cromwell, dan karya prosanya; ketiga, pengunduran dirinya dari pandangan masyarakat, dan sebagian besar puisinya.
Pujangga ini lahir di London tanggal 9 Desember 1608 di sebuah rumah yang menjadi sebuah literary shrine, tetapi kemudian hancur terbakar akibat kebakaran besar (the great fire) pada tahun 1666. Setelah melalui pendidikan dasar yang intensif di St. Paul School London, Milton memasuki sekolah Kristen Cambridge pada usia 17 tahun, selama 7 tahun di Cambridge dia memperoleh gelar A.B dan A.M. terpisah dari semua yang ada pada dirinya, Milton memiliki julukan the Lady of Christ’s di Cambrigde University.
Dalam pandangan yang luas, gerakan Puritan dapat dianggap sebagai Renaissance kedua dan terbesar dan pada umumnya semua setuju bahwa pujangga kedua terbesar setelah Shakespeare adalah John Milton. Setelah menyelesaikan studinya di universitas, dia banyak belajar di rumahnya di Horton, Buckinghamshire, dan ia berterimakasih pada ayahnya yang mengizinkan dirinya untuk melakukan hal tersebut sebagai persiapan atas sebuah profesi yang lain. Dia menjalani hidup yang bersih, percaya bahwa dia memiliki tujuan yang besar untuk melengkapi karirnya. Pada usia 23 tahun, sedikit hal yang dapat dikerjakan untuk kehidupannya, sebagaimana dinyatakan dalam sonetnya:
How soon hath time, the subtle thief of youth
Stolen on his wing my three and twentieth year!
My hasting days fly on with full career
And my late spring no bud or blossom showeth.

Diantara sonetnya yang lain, dia menulis satu sonet atas kebutaanya:
When I consider how my light is spent
Ere half my days, in this dark world and wide
Milton percaya pada kebebasan dalam menulis dan berbicara akan memenuhi buku dengan kejujuran perasaan. Berikut tiga baris kata bijaknya:
Opinion in good men is but knowledge in the making
He who destroys good book kills reason itself
A good book is the precious life-blood of a master spirit

Perang saudara Inggris antara Charles I dan Cromwell (Parliament) dimulai pada tahun 1642 sampai 1646 dan diikuti perang saudara kedua tahun 1648-1651. Selama perang ini Milton bekerja keras mendukung parlemen dengan pamflet-pamfletnya dan menjadi seorang menteri pemerintahan. Pandangan matanya mulai memburuk dan pada tahun 1651 Milton mengalami kebutaan total. Dia mulai menjadi tidak terkenal sejak Charles II memimpin, tetapi dari sinilah lahir tiga karya besarnya.
Puisi epos besarnya, Paradise Lost, merupakan puisi bebas terbesar, diperkuat oleh kekayaan ilmu dan kekayaan keterampilannya sebagai pujangga. Neraka digambarkan sebagai berikut:
A dungeon horrible on all sides around
As one great furnace flamed – yet from those flames
No light, but rather darkness visible.
Served only to discover sight of woe , region of sorrow,
Doleful shades, where peace
And rest can never dwell , hope never comes
That come to all

Karya terbesar Milton kedua adalah Paradise Regained (diterbitkan pada tahun 1671) dan yang ketiga adalah Samson Agonistes (1617), sebuah tragedi dalam bentuk drama Yunani, mencerminkan saat-saat terakhir Samson, ketika dia mengalami kebutaan dan dipenjarakan di Gaza Palestina. Dia dipaksa untuk memberikan hiburan kepada penguasa Palestina; tetapi seorang kurir kemudian datang dan memberi kabar bahwa Samson telah merobohkan seluruh gedung teater di atas kepala mereka dan juga kepalanya sendiri. Cerita ini secara tidak langsung mencerminkan keadaan diri Milton sendiri, dia mengalami kebutaan selama hampir 20 tahun dan tiga tahun kemudian dia meninggal.
MASA RESTORASI
Hidup di bawah pemerintahan Puritan bukanlah hal yang membahagiakan. Orang-orang tertentu saja yang mungkin akan menikmati kesenangan dari tekanan kehidupan, adanya penolakan diri dan larangan adanya hiburan-hiburan; tetapi kelas masyarakat tidak bertambah. Yang harus diingat adalah dalam keadaan ini munculnya pelarangan bukan karena hiburannya. Puritan menentang pelaksanaannya, bukan karena memberikan rasa sakit pada pelarang tetapi karena memberikan rasa senang kepada penikmatnya.
Para penulis bukannya tidak membuat usaha, mereka tida lari jauh dari bentuk dan materialnya. Mereka berkarya dengan menggunakan model Drama Perancis yang dinamakan comedies of Moller, menurut teori drama Perancis. Mereka menghidupkan kembali karya-karya Shakespeare dan karya lainnya di zaman Elizabeth untuk membuktikan pada masa itu bukanlah zaman yang ”barbarian”.
Setelah masa restorasi, atau return to rule by kings, pada tahun 1660 setelah 20 tahun diperintah oleh parlemen, drama tragedi pada masa ini umumnya dibuat dalam bentuk heroic plays. Dalam bentuk ini laki-laki digambarkan sebagai makhluk yang pemberani dan para wanita digambarkan sebagai sesuatu yang cantik. Banyak teriakan-terikan dan peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal. Drama pada masa ini ditulis dalam bentuk heroic couplet, sebuah bentuk metre yang disempurnakan oleh John Dryden.
Salah satu karya Dryden terbesar adalah The Conquest of Granada (1670). Selain menggunakan bahasa yang keras, drama ini juga berisi beberapa lirik yang bagus. Berikut contoh yang ada di dalamnya:
I am as free as nature first made man,
Ere the base laws of servitude began,
When wild in woods the noble savage run.

Karya lain Dryden adalah Auregzebe (1676) yang didasarkan pada sebuah perjuangan kerajaan di India.
SAMUEL PEPYES (1633-1703)
Pepyes lahir di London, anak seorang penjahit. Dia mengikuti pendidikan di St. Paul’s School dan Magdalena College, Cambridge dan lulus pada tahun 1650. Selama 22 tahun tanpa pekerjaan dan kemudian menikah. Kariri Pepyes berawal sebagai seorang juru tulis pada kantor pemerintahan, tetapi karena kepandaiannya dan meningkatnya perindustrian dengan cepat ia menjabat sebagai secretary of the admiralty. Di sini dia secara langsung berhubungan dengan masyarakat dari berbagai kelas sosial, mulai dari menteri raja sampai pada nelayan miskin. Karena dianggap sebagai a blue jay, dia pernah diinvestigasi dengan berbagai rumor atau gosip oleh pengadilan, seperti affair-nya dengan beberapa tetangga dan ia menuliskan semua peristiwa tersebut ke dalam sebuah diary dengan bukti-bukti yang menarik. Tetapi karena dia berbicara dengan sangat bebas dan menceritakan banyak rahasia yang orang lain tidak boleh tahu maka dia menulisnya dengan menggunakan shorthand/secret sign, sekali lagi disini ia bertindak seperti seorang blue jay, yang menyimpan dan menyembunyikan segala sesuatu untuk diungkapkan. Diary tersebut ditulis dari tahun 1660-1669 dengan segala gosip yang terjadi, mulai dari jabatan dan tugasnya di kantor, pakaian, dapur, juru masak dan keluarga sampai pada skandal sosial kelas tinggi. Selama satu setengah abad rahasia diary-nya tidak terungkap dan pada tahun 1825 tulisan rahasia Pepyes diungkap dan dipublikasikan. Sejak saat itu secara luas tulisannya dibaca oleh publik. Pepyes merupakan diarist terbesar dalam sastra Inggris. Salah satu diary-nya menceritakan kebakaran besar yang terjadi di london pada tahun 1666.

No comments:

Post a Comment