1. Konsep Kepuasan Kerja
Menurut Davis (1984) kepuasan merupakan suatu keadaan yang menyokong atau tidak menyokong yang dialami karyawan dalam bekerja. Hal tersebut dapat berupa persamaan antara hasil yang diharapkan oleh karyawan dari suatu pekerjaan dengan hasil yang diperolehnya. Kepuasan seorang karyawan atau kelompok dapat mewakili kondisi karyawan secara keseluruhan. Kepuasan karyawan pada suatu waktu akan berbeda pada waktu yang lain, karena sifat seseorang akan berubah seiring dengan perubahan waktu. Robbins (2001) mendefinisikan kepuasan sebagai sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya, seseorang dengan tingkat kepuasan yang tinggi akan menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaannya, sedangkan seseorang yang tidak merasa puas dengan pekerjaannya akan menunjukkan sikap yang negatif.
Kepuasan adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka (Handoko, 2001). Menurut Mangkunegara (2002) berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh K. Davis, Wekley dan Yuki, kepuasan merupakan suatu perasaan yang mendukung atau tidak mendukung diri karyawan yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan karyawan lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan dan kualitas pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan diri karyawan seperti umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikannya.
Berbagai sikap seseorang terhadap pekerjaannya mengacu pada kepuasan. Baron dan Greenberg (2003) mendefinisikan kepuasan sebagai sikap positif atau negatif seseorang terhadap pekerjaannya. Kemudian Hasibuan (2003) mengartikan kepuasan sebagai sikap emosional karyawan yang mencintai dan menyenangi pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh kedisiplinan, moral kerja dan prestasi kerja. Kepuasan diperoleh karyawan dalam pekerjaannya seperti memperoleh pujian dari hasil kerjanya, penempatan, perlakuan, peralatan dan suasana lingkungan kerja yang baik. Selain itu kepuasan juga dapat diperoleh karyawan diluar pekerjaannya, serta kombinasi antara kepuasan di dalam pekerjaan dan kepuasan diluar pekerjaan yang dicerminkan oleh sikap emosional yang seimbang antara balas jasa dengan pelaksanaan pekerjaannya.
Sering istilah kepuasan (satisfaction) dan motivasi (motivation) digunakan secara bergantian. Sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Kepuasan atau ketidakpuasan seseorang dengan pekerjaan merupakan keadaan yang sifatnya subyektif, yang merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan pada suatu perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima oleh karyawan dari pekerjaannya dibandingkan dengan apa yang diharapkan, diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas, atau berhak baginya (Gomes, 2003). Keadaan kerja dipengaruhi oleh suatu keadaan sosial (social frame of reference), ini berarti bahwa kepuasan merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan lingkungan pekerjaannya. Sementara itu As‟ad (2006) mengemukakan bahwa perasaan seseorang terhadap pekerjaan merupakan refleksi dari sikapnya terhadap pekerjaannya.
2. Faktor-Faktor Kepuasan Kerja
Menurut Robbins (2001) kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Pekerjaan yang secara mental menantang. Yaitu pekerjaan-pekerjaan yang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan, menawarkan beragam tugas, kebebasan dalam melakukan pekerjaan, serta umpan balik mengenai hasil dari pekerjaan mereka. Karakter ini membuat pekerjaan secara mental menantang untuk dilakukan. Umumnya karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan yang menantang, karena pekerjaan yang menantang dapat menghindari timbulnya kebosanan.
2. Ganjaran yang pantas. Yaitu sistem upah yang adil, tidak meragukan dan segaris dengan pengharapan karyawan. Kepuasan karyawan akan terwujud bila upah didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu dan standar pengupahan komunitas.
3. Kondisi kerja yang mendukung. Yaitu keadaan fisik serta suasana kerja yang nyaman serta dapat memudahkan karyawan untuk mengerjakan tugas.
4. Rekan sekerja yang mendukung. Memiliki rekan kerja yang akrab dan mendukung dapat meningkatkan kepuasan. Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan. Terdapat sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya, beberapa diantaranya adalah nilai yang terkandung dalam pekerjaan itu sendiri sedangkan yang lain berkaitan dengan imbalan pengakuan dari luar. Faktor-faktor nilai intrinsik menurut Cushway dan Lodge (2002) adalah sebagai berikut :
1. Keragaman. Keragaman di dalam pekerjaan dapat memperbaiki kepuasan karyawan karena pemusatan pada satu tugas tertentu dapat menyebabkan kebosanan, dengan adanya kebosanan dalam bekerja akan mendorong timbulnya kesalahan-kesalahan dalam bekerja, karyawan menjadi kurang termotivasi dan tingkat absensi yang tinggi.
2. Pengawas atas pekerjaan. Kepuasan karyawan dipengaruhi oleh kebebasan untuk melakukan pekerjaan dan pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang menyangkut pekerjaan.
3. Relevansi tugas. Karyawan akan termotivasi jika mereka merasa bahwa pekerjaan yang mereka kerjakan penting bagi kelangsungan perusahaan dan mereka dapat melihat bahwa pekerjaannya sesuai dengan proses di dalam perusahaan secara keseluruhan.
4. Umpan balik atas hasil. Derajat kepuasan seseorang akan tergantung pada jumlah umpan-balik yang mereka terima atas kinerja mereka.
5. Pertumbuhan pribadi. Derajat perasaan seseorang terhadap pengembangan keahlian dan pengetahuan yang dapat dipenuhi oleh suatu pekerjaan.
Kepuasan adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka (Handoko, 2001). Menurut Mangkunegara (2002) berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh K. Davis, Wekley dan Yuki, kepuasan merupakan suatu perasaan yang mendukung atau tidak mendukung diri karyawan yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan karyawan lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan dan kualitas pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan diri karyawan seperti umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikannya.
Berbagai sikap seseorang terhadap pekerjaannya mengacu pada kepuasan. Baron dan Greenberg (2003) mendefinisikan kepuasan sebagai sikap positif atau negatif seseorang terhadap pekerjaannya. Kemudian Hasibuan (2003) mengartikan kepuasan sebagai sikap emosional karyawan yang mencintai dan menyenangi pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh kedisiplinan, moral kerja dan prestasi kerja. Kepuasan diperoleh karyawan dalam pekerjaannya seperti memperoleh pujian dari hasil kerjanya, penempatan, perlakuan, peralatan dan suasana lingkungan kerja yang baik. Selain itu kepuasan juga dapat diperoleh karyawan diluar pekerjaannya, serta kombinasi antara kepuasan di dalam pekerjaan dan kepuasan diluar pekerjaan yang dicerminkan oleh sikap emosional yang seimbang antara balas jasa dengan pelaksanaan pekerjaannya.
Sering istilah kepuasan (satisfaction) dan motivasi (motivation) digunakan secara bergantian. Sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Kepuasan atau ketidakpuasan seseorang dengan pekerjaan merupakan keadaan yang sifatnya subyektif, yang merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan pada suatu perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima oleh karyawan dari pekerjaannya dibandingkan dengan apa yang diharapkan, diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas, atau berhak baginya (Gomes, 2003). Keadaan kerja dipengaruhi oleh suatu keadaan sosial (social frame of reference), ini berarti bahwa kepuasan merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan lingkungan pekerjaannya. Sementara itu As‟ad (2006) mengemukakan bahwa perasaan seseorang terhadap pekerjaan merupakan refleksi dari sikapnya terhadap pekerjaannya.
2. Faktor-Faktor Kepuasan Kerja
Menurut Robbins (2001) kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Pekerjaan yang secara mental menantang. Yaitu pekerjaan-pekerjaan yang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan, menawarkan beragam tugas, kebebasan dalam melakukan pekerjaan, serta umpan balik mengenai hasil dari pekerjaan mereka. Karakter ini membuat pekerjaan secara mental menantang untuk dilakukan. Umumnya karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan yang menantang, karena pekerjaan yang menantang dapat menghindari timbulnya kebosanan.
2. Ganjaran yang pantas. Yaitu sistem upah yang adil, tidak meragukan dan segaris dengan pengharapan karyawan. Kepuasan karyawan akan terwujud bila upah didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu dan standar pengupahan komunitas.
3. Kondisi kerja yang mendukung. Yaitu keadaan fisik serta suasana kerja yang nyaman serta dapat memudahkan karyawan untuk mengerjakan tugas.
4. Rekan sekerja yang mendukung. Memiliki rekan kerja yang akrab dan mendukung dapat meningkatkan kepuasan. Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan. Terdapat sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya, beberapa diantaranya adalah nilai yang terkandung dalam pekerjaan itu sendiri sedangkan yang lain berkaitan dengan imbalan pengakuan dari luar. Faktor-faktor nilai intrinsik menurut Cushway dan Lodge (2002) adalah sebagai berikut :
1. Keragaman. Keragaman di dalam pekerjaan dapat memperbaiki kepuasan karyawan karena pemusatan pada satu tugas tertentu dapat menyebabkan kebosanan, dengan adanya kebosanan dalam bekerja akan mendorong timbulnya kesalahan-kesalahan dalam bekerja, karyawan menjadi kurang termotivasi dan tingkat absensi yang tinggi.
2. Pengawas atas pekerjaan. Kepuasan karyawan dipengaruhi oleh kebebasan untuk melakukan pekerjaan dan pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang menyangkut pekerjaan.
3. Relevansi tugas. Karyawan akan termotivasi jika mereka merasa bahwa pekerjaan yang mereka kerjakan penting bagi kelangsungan perusahaan dan mereka dapat melihat bahwa pekerjaannya sesuai dengan proses di dalam perusahaan secara keseluruhan.
4. Umpan balik atas hasil. Derajat kepuasan seseorang akan tergantung pada jumlah umpan-balik yang mereka terima atas kinerja mereka.
5. Pertumbuhan pribadi. Derajat perasaan seseorang terhadap pengembangan keahlian dan pengetahuan yang dapat dipenuhi oleh suatu pekerjaan.
Pendapat lainnya berasal dari Mangkunegara (2002) yang menyebutkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kepuasan, yaitu: 1. Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, jenis kelamin, umur, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berfikir, persepsi, dan sikap kerja. 2. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat atau golongan, kedudukan, kualitas pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.
Menurut Hasibuan (2003) kepuasan karyawan dipengaruhi oleh faktor-faktor balas jasa yang adil dan layak, penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian, berat dan ringannya suatu pekerjaan, suasana dan lingkungan pekerjaan, peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, sikap pimpinan dalam kepemimpinannya dan sifat pekerjaan yang monoton atau tidak. Menurut As‟ad (2005) mengacu pada H. Burt menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan yaitu: faktor hubungan antar karyawan, antara lain hubungan antara manajer dengan karyawan; faktor individual, yaitu yang berhubungan dengan sikap orang terhadap pekerjaannya, umur orang sewaktu bekerja dan jenis kelamin dan faktor-faktor luar (external), yang berhubungan dengan keadaan keluarga karyawan, rekreasi atau hiburan dan pendidikan. Umar (2005) menyebutkan bahwa kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor berdasarkan Job Description Index (JDI) meliputi pembayaran, pekerjaan itu sendiri, promosi pekerjaan, kepenyeliaan dan rekan sekerja.
No comments:
Post a Comment